Klasifikasi Embry & Klovan
(1971)
sumber gambar : http://ptbudie.files.wordpress.com/2010/12/klasifikasi-batuan-karbonat-menurut-embry-klovan-1971.jpg
Batuan sedimen yang diklasifikasikan oleh Embry & Klovan
pada tahun 1971 adalah batuan sedimen karbonat, yaitu batuan sedimen dengan
komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari mineral karbonat, meliputi
batugamping dan dolomit. Batuan karbonat adalah batuan denga tekstur yang
beraneka ragam, struktur serta fosil. Hal tersebut dapat menginformasikan
beberapa hal penting mengenai lingkungan laut purba, kondisi paleoekologi,
serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Dalam klasifikasi batuan karbonat yang dilakukan oleh Embry
& Klovan, tekstur batuan yang terbentuk saat pengendapanlah yang menjadi
dasar pengklasifikasian. Namun perlu diketahui bahwa sebelum Embry & Klovan
mengklasifikasikan batuan karbonat, Dunham pada tahun 1962 dan Folk pada tahun
1959 dan sebenarnya pengklasifikasian batuan karbonat yang dilakukan oleh Embry
& Klovan merupakan pengembangan dari klasifikasi batuan karbonat oleh
Dunham (1962). Untuk itu, sebelum membicarakan mengenai Klasifikasi Batuan
Karbonat oleh Embry & Klovan, akan terjadi kesalahan jika tidak
membicarakan mengenai Klasfikasi Dunham.
Dunham (1962) mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan
pada struktur deposisi dari batugamping. Dasar yang dipakai oleh Dunham dalam
menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Jika batuan memiliki fabrik mud
supported dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk pada energi
pengendapan yang relatif kecil karena menurut Dunham, lumpur karbonat hanya
terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya, jika batuaan
memiliki fabrik grain supported maka batuan terbentuk pada energi yang cukup
tinggi sehingga hanya material-material berukuran besar yang dapat mengendap.
Klasifikasi Dunham ini kemudian dikembangkan oleh Embry
& Klovan pada tahun 1971 dengan membagi batugamping menjadi 2 kelompok
besar, yaitu autochtonus limestone dan
allochtonus limestone berupa batugamping yang komponen-komponen penyusunnya
tidak terikat secara organis selama proses deposisi.
Sebenarnya Dunham telah menggunakan allohtonus dan
autochtonus sebagai dasar klasifikasi, namun Dunham tidak mengklasifikasikannya
secara terperinci. Dunham hanya memakainya sebagai dasar pengklasifikasiannya
saja antara batugamping yang tidak terikat (packstone,
mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone). Sedangkan Embry & Klovan membagi lagi boundstone
menjadi 3 kelompok, yaitu framestone,
bindstone, dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang
berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok
batuan yang mengandung komponen berukuran lebih dari 2 mm sebanyak 10%. Nama
batuannya adalah rudstone dan floatsone.
http://kepalabatu43.blogspot.com/2011_02_01_archive.html http://kuningtelorasin.wordpress.com/batuan-macam-dan-pembentukannya/
Penggunaan Klasifikasi Embry &
Klovan (1971)
Klasifikasi Embry & Klovan
(1971) sebenarnya lebih cocok digunakan pada saat pengamatan langsung di
lapangan dengan menggunakan lup. Berikut adalah penjelasan penggunaan
klasifikasinya :
Perlu diketahui sebelumnya arti atau
maksud dari allochtonus dan autochtonus. Allochtonus berarti jika komponen atau material terlihat terikat
secara organis tidak selama proses deposisi, sedangkan autochtonus merupakan material-material yang terikat secara organis
selama proses deposisi.
a. Allochtonus
Allochtonus berarti jika komponen atau material
terlihat terikat secara organis tidak selama proses deposisi. Dan pada batuan
mengandung material-material yang berukuran lebih dari 2 mm sebanyak lebih dari
10%, batuan yang bersifat allochtonus oleh
Embry & Klovan (1971) dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
- Matrix supported
Yaitu jika batuan mengandung
material-material yang berukuran lebih dari 2 mm namun masih bersifat matrix supported atau antar butiran
fragmen tidak saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Floatsone
Gambar
3 : Floatstone
- Component supported
Yaitu jika batuan mengandung
material-material yang berukuran lebih dari 2 mm lebih dari 10% dan bersifat somponent supported atau antar butiran
fragmennya saling bersinggungan. Selanjutnya, nama batuannya adalah Rudstone
Gambar 3: Sayatan dari Rudstone
b. Autochtonus
Berbeda
dengan allochtonus, Autochtonus merupakan
material-material yang terikat secara organis selama proses deposisi. Hal ini
lebih dikarenakan adanya aktivitas organisme pada saat proses deposisi sedimen
yang mengakibatkan material-material terikat dan terkompaksi menjadi
batuan.Berdasarkan sifat pengikat batuan oleh aktivitas organisme dibedakan
menjadi 3 macam antara lain :
- By organism that acts as baffle
Oleh Embry & Klovan (1971),
batuan ini merupakan batuan yang material-materialnya terikat selama proses
deposisi oleh perilaku organisme yang berperan sebagai baffle atau bersifat seperti dinding yang mengikat
komponen-komponen batuan yang lain. Nama batuannya adalah Bafflestone. Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang
terdiri dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah sedimen yang jatuh
pada organisme tersebut. Tekstur ini dijumpai pada daerah dengan energi sedang,
batuan ini biasanya terdiri dari kerangka koral yang sedang dalam posisi tumbuh
(branching and growth position of coral)
dan diselimuti oleh lumpur karbonat.
- By organism that encrust and bind
Batuan ini merupakan batuan yang
material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme
yang terjebak dan terjepit selama proses deposisi. Nama batuannya adalah Bindstone.Bindstone adalah organisme
yang menyusun batuan karbonat dimana cara hidupnya mengikat sedimen yang
terakumulasi pada organisme tersebut. Organisme yang seperti ini biasanya hidup
dan berkembang di daerah berenergi sedang – tinggi. Batuan ini umumnya terdiri
dari kerangka ataupun pecahan-pecahan kerangka organik seperti koral, bryozoa,
dll; tetapi telah diikat kembali oleh kerak lapisan-lapisan gamping (encrustion) yang dikeluarkan oleh
ganggang merah.
- By organisms that build a rigid
framework
Batuan ini merupakan batuan yang
material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku organisme
yang membentuk kerangka keras atau rigid
framework. Oleh Embry & Klovan (1971), nama batuan ini adalah Framestone. Batuan ini tersusun atas
organisme-organisme yang hidup pada daerah dengan energi tinggi sehingga tahan
terhadap gelombang dan arus. Penyusun batuan ini adalah koral, bryozoa, dan
ganggang dalam matriks yang kurang dari 10% atau bahkan tanpa matriks.
Gambar 6:
Penampang melintang kompleks terumbu yang menggambarkan perbedaan zona dan
batuan penyusun setiap zona menurut Embry & Klovan (1971)
REFERENSI
http://kepalabatu43.blogspot.com/2011_02_01_archive.html http://kuningtelorasin.wordpress.com/batuan-macam-dan-pembentukannya/
http://www.senyawa.com/2010/10/klasifikasi-batuan-karbonat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar